Jl. Matoa Raya I Karangasem, Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah 57145
Sebagai generasi muda, posisi remaja sangat rentan dengan konflik, karena mereka berusaha mencari identitas diri. Identitas diri remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam Masyarakat. Fase remaja merupakan fase perkembangan yang amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik
Di era globalisasi ini banyak remaja yang memperlihatkan tingkah laku negatif, salah satunya adalah kebiasaan berbicara kotor dan perlu mendapat perhatian khusus dari seumua kalangan. Berbicara kotor merujuk pada kata – kata yang dianggap tidak pantas, kasar dan Bahasa yang vulgar, atau tidak sopan dalam percakapan sehari – hari, sering menggunakan kata umpatan , Bahasa yang menghina atau istilah seksual yang kasar, menyinggung dan merendahkan dengan kata – kata agresif atau mengancam.
Perlu diingat bahwa standar yang dianggap “kotor” dalam berbicara bisa bervariasi, antar budaya, agama dan konteks social tertentu. Namun secara umum berkata kotor seringkali dianggap tidak pantas dan tidak nyaman dan sering kali menimbulkan konflik atau kebingungan dalam hubungan interpersonal. Kebiasaan berbicara kotor memiliki dampak negatif baik pada individu yang melakukannya dan orang yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu penting memahami norma – norma sosial yang berlaku dalam komunikasi berbicara dengan cara menghormati orang lain
Kondisi yang menjadi latar belakang masalah :
Praktik baik ini penting dibagikan, agar bisa digunakan Sebagai inspirasi atau referensi terbaik bagi rekan guru yang mengalami hal yang sama dengan permasalahan yang saya alami, sehingga berdampak pada perbaikan dalam berkomunikasi. Sebagai kampanye pada siswa agar dapat menghilangkan kebiasaan berbicara kotor dan memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu menjunjung etika dalam berkomunikasi. Sehingga menjadi pribadi yang sopan dalam beretika dan menjadi pribadi yang dapat bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.
Peran dan tanggung jawab sebagai guru BK mempunyai tanggung jawab memberikan layanan secara efektif menggunakan metode layanan yang tepat dan inovatif dalam hal ini Memberikan informasi dan pemahaman tentang etika berkomunikasi, sehingga dapat berperilaku berbicara sopan sesuai dengan norma – norma dalam etika komunikasi dan dapat mengurangi seringnya berbicara kotor. Sehingga tujuan layanan dapat tercapai sesuai yang diharapkan
Setelah dilakukan identifikasi masalah, dengan refleksi diri, wawancara dengan, rekan sejawat, pakar lainnya maka ada beberapa tantangan yang terjadi:
Dalam pemberian layanan klasikal ini, orang yang terlibat di antaranya : Kepala sekolah, Wali kelas, guru – guru mata pelajaran ( teman – teman sejawat ), guru BK, konseli kelas IX, Dosen Pembimbing dan guru pamong,serta teman – teman PPG dalam jabatan tahun 2023.
Langkah – Langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan:
Memberikan proses layanan Bimbingan Klasikal dengan metode atau Teknik Problem Based Learning
Menampilkan model Problem Based Learning
Kegiatan guru BK
Kegiatan Siswa
Siapa saja yang terlibat :
Konseli : semua siswa kelas 9.6
BK : sebagai konselor yang memberikan layanan Bimbingan Klasikal.
Guru : ( teman sejawat ) : membantu dalam kegiatan layanan
Materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini :
“ Etika Komunikasi dengan teman sebaya “
Berdasarkan hasil layanan klasikal , siswa mampu mengeksplorasi penyebab perilaku negatif tersebut, mampu memahami pentingnya perubahan lebih baik dan termotivasi untuk berperilaku yang baik. Lebih memahami tentang pentingnya norma dan etika berkomunikasi, dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari -hari sehari – hari. Siswa juga memahami konsekuensi dari sikap atau perilaku yang tidak sesuai dengan etika komunikasi ,sehingga dapat mengubah perilaku nya dan berkembang menjadi individu yang lebih baik secara keseluruhan .
Dampak paling signifikan adanya perubahan perilaku dan mengalami peningkatan dalam penggunaan Bahasa yang pantas, managemen emosi yang lebih baik, ketrampilan sosial yang lebih baik, lebih percaya diri dan dapat mengurangi stress, cemas atau frustasi. Juga dapat meningkatkan prestasi akademik. Serta meningkatkan hubungan yang baik dengan teman sebaya, anggota keluarga dan semua warga sekolah, dan mencapai potensi siswa secara utuh.
Faktor keberhasilan layanan ini sangat ditentukan oleh guru BK dalam memberikan layanan, media layanan dan langkah –langkah pelaksanaaan rencana layanan yang telah dibuat.
Layanan yang bisa di ambil dari proses dan kegiatan yang sudah dilakukan, menjadikan guru yang kreatif dan inovatif dalam memilih dan mengembangkan model layanan, sehingga tujuan layanan dapat tercapai dengan baik